KabarToraya.com — Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, di bawah kepemimpinan pasangan Theofilus Allorerung (Theo) dan dr. Zadrak Tombeg, yang akrab disapa Theza, menghadapi sorotan tajam terkait kinerjanya dalam menangani isu kesehatan, khususnya stunting. Menurut survei terbaru dari Lembaga Kesehatan Indonesia, Tana Toraja mencatat tingkat stunting tertinggi di Sulawesi Selatan pada tahun 2023. Ini menjadi perhatian serius, mengingat stunting tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Salah satu sorotan mencolok adalah besarnya anggaran yang dialokasikan untuk penanganan stunting. Pemerintah Kabupaten Tana Toraja menerima alokasi sebesar Rp 27 miliar melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Provinsi Sulawesi Selatan. Meski anggaran ini tergolong besar dan seharusnya dapat memberikan dampak signifikan, kenyataannya menunjukkan hasil yang sebaliknya.
Optimalisasi anggaran sangat bergantung pada manajemen yang efektif dan program-program yang terarah. Namun, data menunjukkan bahwa penggunaan anggaran tersebut belum mencapai target yang diharapkan, menimbulkan pertanyaan besar di kalangan masyarakat: Di mana letak kesalahan dalam implementasi program penanganan stunting ini? Mengapa meski dana besar telah diinvestasikan, hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan?
Tanggapan keras datang dari Brigjen TNI (Purn) dr. Noch T. Malissa, M.Kes, Staf Khusus Presiden. Ia menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintah daerah yang masih menduduki posisi teratas dalam tingkat stunting di Sulawesi Selatan. “Sebagai orang Toraja, saya merasa malu. Manajemennya tidak jelas. Saya berbicara karena kenyataannya memang seperti itu,” ungkap dr. Noch dengan nada serius.
Pernyataan ini mencerminkan keprihatinan mendalam masyarakat terhadap kinerja pemimpin mereka. Dr. Noch menekankan bahwa stunting adalah program strategis nasional yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. “Harapannya, angka stunting dapat diturunkan dua digit. Setiap rapat, dilaporkan daerah mana yang masih tinggi stuntingnya,” tegasnya.
Stunting, atau gagal tumbuh, adalah masalah serius yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko tinggi menghadapi berbagai masalah kesehatan, termasuk keterlambatan perkembangan kognitif dan fisik. Dampak ini tidak hanya dirasakan individu, tetapi juga berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Dengan tingginya angka stunting, Tana Toraja berisiko kehilangan generasi yang sehat dan produktif.
Kondisi ini seharusnya memicu rasa urgensi dari pemerintah daerah untuk segera mengambil langkah strategis. Namun, banyak program yang diluncurkan tidak berlandaskan data dan kebutuhan nyata masyarakat. Ketidakjelasan dalam manajemen dan distribusi anggaran menjadi faktor penyebab tingginya angka stunting di daerah ini.
Mengatasi masalah stunting memerlukan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah diharapkan lebih transparan dalam pengelolaan anggaran dan memberikan laporan yang jelas kepada masyarakat mengenai program-program yang dijalankan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat untuk memahami pentingnya gizi dan kesehatan ibu serta anak juga sangat penting.
Pendidikan mengenai gizi dan pola hidup sehat harus digalakkan, terutama di daerah-daerah yang terdampak stunting. Kampanye kesehatan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta, dapat menjadi solusi komprehensif untuk menanggulangi stunting.
Ada harapan besar bagi Tana Toraja untuk segera berbenah dalam penanganan stunting. Pemerintah daerah diharapkan tidak hanya fokus pada alokasi anggaran yang besar, tetapi juga pada perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang terukur. Keterlibatan berbagai pihak dalam upaya penanganan stunting sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan anak yang sehat.
Dengan kesadaran dan komitmen kuat dari semua pemangku kepentingan, Tana Toraja dapat mengubah data yang menyedihkan ini menjadi prestasi yang membanggakan. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa anak-anak di Tana Toraja mendapatkan masa depan yang lebih baik, bebas dari ancaman stunting. Jika tidak, dampak negatif akan terus berlarut-larut, merugikan generasi mendatang.