Referensi Berita Toraja

Ukiran Toraja: Warisan Seni Budaya yang Memukau

Ukiran Toraja (int)

KabarToraya.com — Ukiran Toraja adalah salah satu bentuk seni ukir kayu yang sangat khas dan kaya makna, berasal dari Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Seni ini tidak hanya memperindah bangunan adat suku Toraja, tetapi juga berfungsi sebagai medium untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai budaya. Dalam konteks ini, ukiran Toraja atau yang dikenal dengan nama Passura’ Toraya sering ditemukan menghiasi dinding rumah adat suku Toraja yang disebut banua passuraq, yang berarti gedung arsip. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga menyimpan kisah dan tradisi masyarakatnya dalam bentuk gambar dan tulisan.

Sejarah Ukiran Toraja

Sejarah ukiran Toraja sejalan dengan perkembangan budaya suku Toraja yang mendiami Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara. Pada awalnya, ukiran ini lebih sering dipasang di bagian luar rumah, alang (bangunan terpisah), erong (peti jenazah), serta berbagai atribut yang digunakan dalam ritual adat. Seiring waktu, teknik pengerjaan ukiran dan pewarnaan mulai dilakukan setelah konstruksi bangunan selesai, meskipun motif dan warna yang digunakan tetap terjaga keasliannya.

Motif ukiran Toraja tidak mengalami perubahan yang signifikan dari zaman ke zaman, yang menunjukkan kedalaman tradisi dan identitas budaya masyarakat Toraja. Warna-warna yang digunakan—kuning, putih, merah, dan hitam—memiliki makna spiritual yang mendalam. Misalnya, warna putih melambangkan kebesaran dan arah utara, sementara warna kuning mewakili kehidupan dan arah timur. Warna merah simbol keberanian dan kematian, dan hitam menandakan arah selatan serta awal penciptaan.

Makna di Balik Warna

Setiap warna dalam ukiran Toraja tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga menyimpan makna yang penting bagi masyarakat.

– Putih: Menandakan arah utara dan melambangkan kebesaran serta tempat Puang Matua (Tuhan).
– Kuning: Melambangkan matahari terbit, simbol kehidupan dan penghormatan kepada dewa-dewa.
– Merah: Melambangkan tenggelamnya matahari, simbol keberanian dan kematian.
– Hitam: Mewakili arah selatan, simbol awal penciptaan dan persemayaman arwah.

Motif Ukiran Toraja

Seni ukir Toraja memiliki berbagai motif yang masing-masing memiliki makna unik. Beberapa di antaranya adalah:

1. Pa’Pollo’ Gayang: Motif ini melambangkan kegembiraan dan kesenangan suku Toraja, menggambarkan kehidupan yang damai dan kemudahan dalam mencari nafkah. Motif ini sering dipasang di dinding pinggir dan tengah rumah adat.

2. Pa’Suletang: Termasuk dalam kelompok motif utama, Pa’Suletang adalah simbol penghormatan kepada leluhur. Ukiran ini sering ditemukan pada erong, dan bermakna untuk menghargai orang yang telah meninggal agar dapat memberkati yang masih hidup.

3. Pa’ Lamban Lalan: Mengingatkan generasi mendatang untuk tidak mencampuri urusan orang lain dan waspada terhadap tantangan hidup. Motif ini umumnya terletak di dinding rumah.

4. Pa’Sala’bi’ Di To’Mokki: Dikenal sebagai penangkal penyakit dan marabahaya, motif ini melambangkan harapan agar anak cucu terhindar dari bencana. Ukiran ini diletakkan di dinding rumah dan lumbung.

5. Pa’Don Lambiri: Simbol harapan bagi generasi penerus untuk memiliki sawah yang luas, motif ini juga merupakan bentuk pengharapan agar keluarga dijauhkan dari penyakit. Ukiran ini dapat ditemukan di dinding.

6. Pa’Tedong: Mewakili kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Toraja, motif ini biasanya terletak di indo’ para (papan besar teratas) dan dinding penyanggah rumah.

Selain itu, ada 130 jenis Passura’ (ukiran) dan semuanya merupakan pengembangan dari 4 dasar ukiran yang dalam bahasa Toraja disebut dengan Garonto’ Pasura’. Garonto’ Pasura’ ini biasanya terdapat di Rumah Tongkonan (rumah adat Tana Toraja) maupun bangunan-bangunan yang dianggap perlu untuk diukir, dapat kami uraikan sebagai berikut :

1) Pa’Tedong

Dari puluhan jeniis ukiran Toraja, ukiran inilah yan paling sering digunakan. Dimana ukiran ini berarti Tedong “Kerbau”, mengapa disebut dengan kerbau karena ukiran ini memiliki motif seperti tanduk kerbau.

Makna dari ukiran ini adalah sebagai lambing kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Toraja dan keluarga. Ukiran ini sring dijumpai pada dinding kantor pemerintahan.

2) Pa’Barre Allo

Source: Int.
Barre = Terbit/Bulat
Allo = Matahari

Ukiran jenis ini menyerupai bulatan matahari dengan pancaran sinarnya. Jenis ukiran ini banyak ditemukan pada bagian muka dan belakang rumah adat Tana Toraja, pada bagian atas berbentuk segitiga (Para Longa).

Makna dari ukiran ini adalah percaya bahwa sumber kehidupan dan segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari Puang Matua (Tuhan yang Maha Esa), ataupun sebagai ilmu pengetahuan dan kearifan yang menerangi layakanya matahari.

3) Pa’ Manuk Londong

Source: Int.
Manuk= Ayam
Londong= Santan

Pa’Manuk Londong adalah ukiran yang menyerupai “Ayam Jantan”. Biasanya ukiran ayam jantan ini diletakkan diatas ukiran Pa’Barre Allo yang banyak dijumpai di rumah adat Tongkonan.

Makna dari ukiran ini adalah sebagai lambang keperkasaan dan kearifan laki-laki/ pemimpin, serta aturan atau norma hukum (adat) dimana seorang pemimpin ini bersifat tegas dan bijaksana.

4) Pa’ Sussu’

Pa’Sussu’ berarti garis/goresan, ukiran ini memiliki motif yang berbentuk gari-garis lurus sejajar tanpa variasi serta warna, memang terkesan sederhana, namun memiliki arti serta makna yang sangat dalam bagi masyarakat Toraja itu sendiri.

Makna dari ukiran ini adalah melambangkan bentuk kesatuan mayarakat yang demokratis dan kebijakan untuk penentuan dasar-dasar kebijakan dalam suku Toraja.

Dalam Garonto’ Passura’ ini juga memiliki daya tarik lain yaitu, menggunakan 4 warna dasar utama, yaitu merah, putih, hitam dan kuning, dengan tambahan warna emas untuk ukiran tertentu.

Seni ukir dalam suku Toraja sudah ada sejak nenek moyang Tana Toraja berlabuh di kawasan Toraja setelah menempuh perjalanan panjang dari Teluk Tonkin Vietnam Utara pada abad ke-17. Maka dari itu, ragam hias tradsional seperti ukiran digunakan sebagai sumber informasi tentang budaya masyarakat Toraja. Contoh penggunaan Garonto’ Pasura’, yaitu pada monumen Pasadena sebgai The Winner of Isabella Coleman Trophy at Tournament of Roses Pasadena U.S.A-1991.

Signifikansi Budaya

Ukiran Toraja tidak hanya sekadar dekorasi, tetapi merupakan bagian integral dari identitas budaya suku Toraja. Setiap motif dan warna yang digunakan menggambarkan nilai-nilai kehidupan, harapan, dan kepercayaan masyarakat. Dalam setiap ukiran, terdapat pesan yang mengajak generasi penerus untuk menjaga tradisi dan menghormati leluhur.

Kesimpulan

Ukiran Toraja adalah representasi dari kekayaan budaya dan seni yang mendalam, mencerminkan perjalanan sejarah serta nilai-nilai masyarakat Toraja. Seni ukir ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga menyimpan pesan spiritual yang menghubungkan generasi ke generasi. Dengan memahami makna di balik setiap warna dan motif, kita dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya yang berharga ini. Sebagai bagian dari identitas bangsa, ukiran Toraja patut mendapatkan perhatian dan penghormatan yang semestinya agar tetap hidup dan berkembang dalam konteks zaman modern.

Exit mobile version