KabarToraya.com – Di balik keindahan alam dan budaya Toraja, terdapat tradisi unik yang sarat makna spiritual, yaitu Ritual Ma’nene’. Ritual ini merupakan bagian dari upacara adat Rambu Solo’ (kematian) di mana mayat-mayat yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun, dikeluarkan dari makam untuk dibersihkan dan dipakaikan baju baru.
Ritual ini dimulai dengan para anggota keluarga yang datang ke Patane, yaitu kuburan berbentuk rumah tempat jenazah disimpan. Dengan penuh hormat, mereka membuka peti dan mengeluarkan jenazah sanak keluarga mereka. Sebelum proses ini dimulai, Ne’tomina—tetua adat atau imam yang dihormati—membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno, memohon izin kepada leluhur agar keluarga selalu diberkahi dan mendapatkan rahmat, khususnya dalam setiap musim tanam hingga panen.
Setelah doa, jenazah dibersihkan menggunakan kuas dengan hati-hati, kemudian dipakaikan pakaian atau kain yang baru. Setelah proses ini selesai, jenazah dikembalikan ke dalam Patane. Prosesi Ma’nene diakhiri dengan ibadah bersama di rumah adat Tongkonan, di mana keluarga berkumpul untuk menghormati leluhur dan mempererat ikatan keluarga.
Ritual Kebersamaan yang Dilakukan Bersama Keluarga
Ritual Ma’nene’ biasanya dilakukan secara serempak oleh satu keluarga besar, atau bahkan satu desa. Oleh karena itu, prosesinya bisa berlangsung cukup lama. Waktu pelaksanaan ditentukan melalui musyawarah keluarga dan desa, dipimpin oleh Ne’tomina. Tradisi ini biasanya digelar tiga hingga empat tahun sekali, memberikan kesempatan bagi anggota keluarga yang merantau untuk pulang dan mengunjungi makam nenek moyang mereka, atau yang dikenal dengan sebutan Nene To’dolo.
Lebih dari sekadar ritual pembersihan, Ma’nene’ adalah momen berharga bagi keluarga besar untuk berkumpul, menghormati leluhur, dan mempererat hubungan di tengah perubahan zaman. Tradisi ini tetap lestari sebagai simbol penghormatan yang mendalam terhadap nenek moyang serta sebagai jembatan penghubung antar generasi.